~~~~~~~~~~~~

|| Bicara Hati ||

Sesungguhnya aku bukanlah segigih SITI HAWA yang berlari-lari diantara safa dan marwa....
Bukan juga sesetia AINUL MARDHIAH menanti kekasih dipintu syurga....
Aku akui hakikat yang tersurat...
Aku bukanlah SITI KHADIJAH mahupun SITI FATIMAH..
Bukan juga AI'SYAH...Bukan juga RABI'TUL ADAWIYYAH wanita suci terpuji....
Kerana aku tidak layak mengharap semidikian rupa....
Cukupla sekadar hanya aku cuba mencontohi BUNGA-BUNGA itu yang kembang mekar mewangi sehingga harumannya melewati pintu-pintu syurga...

Monday, February 2, 2009

Tasbih dan Zikir








SEJARAH TASBIH

(Da’iratul-Ma’arif Al-Islamiyyah 11/233-234, Al-Mausu’at Al-‘Arabiyyah Al-Muyassarah 1/958, Al-Mausu’at Al-Arabiyat Fatawa Rasyid Ridla 3/435-436, dan lain-lain).

Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid menjelaskan bahwa tasbih telah dikenal sejak sebelum Islam. Tahun 800 M orang-orang Budha telah menggunakan tasbih dalam ritualnya. Begitu juga Al-Baraahimah di India, pendeta Kristen, dan rahib Yahudi. Dari India inilah kemudian berkembang ke benua Asia.

Orang Katolik menggunakan 50 biji tasbih kecil yang dibagi menjadi empat yang diberi pemisah dengan biji tasbih besar dengan jumlah yang sama. Juga dijadikan sebagai kalung yang terdiri dari dua biji besar dan tiga biji kecil, kemudian “matanya” dibuat dengan tanda salib. Mereka membaca puji Tuhan dengan biji tasbih yang besar, dan membaca pujian Maryamiyyah dengan biji tasbih yang kecil.



Mari kita sama-sama ucapkan zikir kepada ALLAH


Orang-orang Budha diyakini sebagai orang yang pertama menggunakan biji tasbih untuk menyelaraskan antara perbuatan dan ucapannya ketika sedang melakukan persembahyangan. Juga dilakukan oleh orang-orang Hindu di India, dan dipraktekkan oleh orang-orang Kristen pada abad pertengahan.

Perkembangan tasbih yang pesat terjadi pada abad 15 dan 16 M. Dalam kitab Musaahamatul-Hindi disebutkan bahwa orang-orang Hindu terbiasa menggunakan tasbih untuk menghitung ritualnya. Sehingga menghitung dzikir dengan biji tasbih diakui sebagai inovasi dari orang Hindu (India) yang bersekte Brahma. Dari sanalah kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia.

Sudah disepakati oleh ahli sejarah bahawa orang-orang Arab Jahiliyyah tidak mengenal istilah dan penggunaan tasbih dalam peribadatan mereka. Itulah sebabnya, tidak satupun ada syair jahiliyyah yang menyebutkan kalimat tasbih. Ia merupakan istilah mu’arrabah (di-arab-kan). Begitu juga pada jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya. Mereka tidak mengenal istilah tasbih, apalagi menggunakannya. Hal ini berlangsung sampai akhir masa tabi’in. Jika mendapatkan hadits yang memuat lafadh “subhah” , jangan sekali-kali membayangkan bahwa makna lafadh tersebut adalah alat tasbih seperti yang dipergunakan orang sekarang ini. Karena Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berbicara dengan shahabat dan umatnya dengan bahasa yang mereka pahami dan ketahui. Sedangkan tasbih – seperti yang beredar sekarang ini – tidak dikenal oleh shahabat dan juga tabi’in.


sumber: ukhwah.com

0 comments: