~~~~~~~~~~~~

|| Bicara Hati ||

Sesungguhnya aku bukanlah segigih SITI HAWA yang berlari-lari diantara safa dan marwa....
Bukan juga sesetia AINUL MARDHIAH menanti kekasih dipintu syurga....
Aku akui hakikat yang tersurat...
Aku bukanlah SITI KHADIJAH mahupun SITI FATIMAH..
Bukan juga AI'SYAH...Bukan juga RABI'TUL ADAWIYYAH wanita suci terpuji....
Kerana aku tidak layak mengharap semidikian rupa....
Cukupla sekadar hanya aku cuba mencontohi BUNGA-BUNGA itu yang kembang mekar mewangi sehingga harumannya melewati pintu-pintu syurga...

Thursday, May 21, 2009

I.M.A.N


"Wahai manusia, siapakah makhluk Allah
yang imannya paling menakjubkan
(mana'jabul khalqi imanan)?" Demikian
pertanyaan Nabi Muhammad kepada
sahabatnya di suatu pagi.

Para sahabat langsung menjawab,

"Malaikat!". Nabi menukas, "Bagaimana
para malaikat tidak beriman sedangkan
mereka pelaksana perintah Allah?"

Sahabat menjawab lagi, "kalau begitu,
para Nabi-lah yang imannya paling
menakjubkan!" "Bagaimana para Nabi tidak
beriman, padahal wahyu turun kepada
mereka," sahut Nabi.

Untuk ketiga kalinya, sahabat mencoba
memberikan jawaban, "kalau begitu,
sahabat-sahabatmu ya Rasul." Nabi pun
menolak jawaban itu dengan berkata,
"Bagaimana sahabat-sahabatku tidak
beriman, sedangkan mereka menyaksikan
apa yang mereka saksikan."

Rasul yang mulia meneruskan kalimatnya,
"Orang yang imannya paling menakjubkan
adalah kaum yang datang sesudah kalian.
Mereka beriman kepadaku, walaupun mereka
tidak melihatku. Mereka benarkan aku
tanpa pernah melihatku. Mereka temukan
tulisan dan beriman kepadaku. Mereka
amalkan apa yang ada dalam tulisan itu.
Mereka bela aku seperti kalian membela
aku. Alangkah inginnya aku berjumpa
dengan ikhwanku itu!"

Berangkat dari riwayat di atas, saya
belajar memaknai iman sebagai sebuah
tantangan. Semakin tinggi tingkat
tantangan, semakin tinggi pula tingkat
iman kita. Semakin sulit kita
menjalankan sebuah keyakinan (iman),
semakin tinggi pula nilai iman kita di
sisi Allah.

Ilustrasi berikut mungkin bisa
menyederhanakan persoalan: Seorang
waliyullah tidak diragukan lagi telah
melihat berbagai "keajaiban" dan
"rahasia" Allah. Dia sudah menyaksikan
dan merasakan getaran cinta ilahi. Kalau
Allah mengangkat derajatnya, tentu saja
kita tak akan heran. Yang membuat kita
takjub adalah, seorang manajer yang
sangat sibuk dan telah menyaksikan bahwa
"time is money", namun tetap berusaha
menunaikan shalat lima waktu di
sela-sela kesibukannya. Begitu juga
dengan seorang kuli bangunan yang lebih
banyak menggunakan potensi otot
dibanding potensi otaknya, namun tetap
berpuasa di bulan Ramadhan meskipun dia
harus kerja di tengah terik mentari.

Bagi saya, manajer dan kuli bangunan
tersebut memiliki iman yang paling
menakjubkan.

Kita bukanlah sahabat Nabi yang
menyaksikan secara langsung betapa
mulianya akhlak junjungan kita itu;
kita juga bukan malaikat yang tidak
memiliki hawa nafsu;
kita juga bukan waliyullah yang telah
merasakan manisnya kasih sayang Allah.
Kita adalah manusia biasa yang penuh
dengan kelemahan.

Dalam kelemahan itulah kita masih
beriman kepada Allah. Dalam
ketidakhebatan kita itulah kita selalu
berusaha mendekati Allah. Di tengah
kesibukan dan beban ekonomi yang semakin
meningkat, kita tetap keluarkan zakat
dan sedekah. Tak sedikitpun kita akan
gadaikan iman kita.

Di tengah dunia yang semakin kompetitif,
kita masih sempatkan untuk shalat. Di
tengah godaan duniawi yang luar biasa,
kita tahan nafsu kita di bulan Ramadhan.
Di tengah kumpulan manusia yang putus
asa dengan krisis moneter ini, kita
masih bisa mensyukuri sejumput ni'mat
yang diberikan Allah.

Nabi Muhammad menghibur kita,
"Berbahagialah orang yang melihatku dan
beriman kepadaku," Nabi ucapkan kalimat
ini satu kali.

"Berbahagialah orang yang beriman
kepadaku padahal tidak pernah
melihatku." Nabi ucapkan kalimat
terakhir ini tujuh kali.

Sumber : Dari sahabat untuk sahabat...

0 comments: